TOLONG MAMA SEKARANG!

NAMA : EKA NICKMATULHUDA 
MEDIA : FOTOGRAFI
TAHUN : 2018

Tolong Mama Sekarang! meminta perhatian banyak pihak akan urgensi untuk solusi dari sekian banyak permasalahan yang membelenggu perempuan Papua asli. Meski sering dipanggil dengan sebutan sayang “mama” yang secara umum merupakan bentuk penghormatan terhadap sosok perempuan yang melahirkan dan membesarkan anak, pada kenyataannya mama-mama Papua tidak selalu mendapatkan haknya. Terutama hak untuk memperoleh akses kesehatan.


Banyak mama-mama Papua di Asmat misalnya, yang mesti terbiasa dengan kenyataan anaknya meninggal sejak usia sangat kecil “hanya” karena diare. Penyakit yang seharusnya mudah diobati bila mendapatkan akses pelayanan kesehatan dengan cepat, atau mendapatkan informasi yang cukup berikut dukungan fasilitas watsan yang baik. Sejak mengandung hingga melahirkan anak, mama-mama Papua juga tidak memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan yang sama kualitasnya bila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Ketimpangan yang jelas bisa terlihat bila dibandingkan dengan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan menyusui di ibukota Jakarta. Hal ini berujung pada tingginya kasus stunting anak dan gizi buruk yang diderita perempuan Papua.


Belum lagi kita bicara penyakit menular. Papua selalu memegang rekor tertinggi untuk HIV/AIDS dengan penularan via aktivitas seks tidak aman. Tidak sedikit perempuan Papua yang tertular HIV/AIDS dari suaminya, yang membuat mereka harus menanggung stigma dan malu untuk mendapatkan akses pengobatan. Sekalipun memiliki akses tersebut, mereka yang tinggal di pedalaman Papua terutama yang di pegunungan, beresiko untuk tidak memperoleh pengobatan rutin yang diperlukan mereka untuk pulih dan bertahan hidup.

Mama Sofia Civa (23 tahun) dengan kandungan berusia delapan bulan yang merupakan anak ke-4, berpose bersama kedua anak sulungnya, Yunike (4 tahun) dan anaknya yang ketiga, Yonas (2 tahun) di puskesmas Kampung Yasiu, distrik Atsj, Asmat, Papua, 2018. Anak kedua Mama Sofia meninggal saat masih bayi karena diare, potret yang umum terjadi di Asmat dan daerah pedalaman Papua lainnya. Kementerian Kesehatan RI bahkan sempat menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk di Asmat pada 9 Januari 2018 setelah ditemukan sedikitnya 651 orang mengidap campak dan 223 orang menderita gizi buruk sejak September 2017 di Kabupaten Asmat saja. Potret gizi buruk bersifat sistemik dan selalu membayangi anak asmat, yang ternyata dimulai dari saat kandungan. Puskesmas Yasiu secara swadaya kemudian memberikan makanan bergizi untuk mama-mama hamil di kampungnya agar kondisi ini membaik.


Persoalan kesehatan yang minim akses atas mama-mama Papua bersifat sistemik dan memerlukan perhatian banyak pihak segera. Mama perlu pertolongan kita semua sekarang!