NAMA : Aan Nurdian saputra
MEDIA : DIGITAL PAINTING
TAHUN : 2021
DESKRIPSI KARYA: Pembukaan perkebunan kelapa sawit di Papua juga mencatat adanya pelanggaran hak asasi manusia. Sebuah kesaksian menceritakan bagaimana pada awal tahun 1980-an, seorang kepala suku menandatangani persetujuan alih lahan di Arso, wilayah Keerom, di bawah todongan pistol. Lahan itu diambil oleh perusahaan perkebunan negara untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan sistem Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang terkenal buruk. Kesepakatan awal yang meliputi 500 hektare berkembang menjadi 5.000 hektare. Para perempuan yang paling merasakan dampaknya karena sumber pangan tradisional mereka, sagu, dibabat bersih beserta sumber daya hutan lainnya. Saat masyarakat menjadi semakin miskin, perempuan acap kali mengalami kekerasan dalam rumah tangga, seperti yang diceritakan seorang perempuan Keerom.dari kejadian tersebut saya mengilustrasikan didalam sebuah bungkus makanan instan dengan gambar kekejian para pemburu tanah dan investor nakal sedang membabat habis tanah dan hutan adat. Disitu juga menjadi kritik terhadap pemerintah bahwasanya orang papua sudah lama melestarikan tradisi dan ketahan pangan mandiri dengan memanfaatkan hasil kebun dan hutan.akan tetapi ironis ketika lahan pangannya dijadikan bangunan industri dan bisnis yg berujung dengan kerusakan lingkungan. Maka disitulah timbul berbagai masalah dan mama mama papua salah satu dari korbannya.